Rizky Fadillah – BeritaGaruda
JAKARTA, BeritaGaruda – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat surplus Rp 22,8 triliun atau 0,10 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), hingga 15 Maret 2024.
“APBN hingga 15 Maret surplus 0,10 persen,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, disiarkan pada Selasa (19/3/2024).
Surplus APBN tersebut berasal dari pendapatan negara yang tercatat mencapai Rp 493,2 triliun. Angka ini menandai penurunan 5,4 persen secara year on year (yoy).
Pendapatan ini terdiri dari penerimaan perpajakan mencapai Rp 399,4 triliun yang meliputi pajak Rp 342,9 triliun dan kepabeanan dan cukai Rp 56,5 triliun.
Baca juga : Saat Bertemu dengan Dua Menteri dari PKB, Istana Menegaskan Bahwa Jokowi Tidak Bahas Hak Angket
Pendapatan lainnya berasal di Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 93,5 triliun. Selain itu juga ada dana hibah Rp 200 miliar.
Adapun belanja negara yang tercatat Rp 470,3 triliun. Belanja negara ini berasal dari pengeluaran oleh pemerintah pusat sebesar Rp 328,9 triliun dan transfer ke daerah yang mencapai Rp 141,4 triliun.
Selain itu, keseimbangan primer tercatat masih surplus Rp. 132,1 triliun.
“Kenaikannya cukup tinggi disebabkan oleh pemilu,” beber Menkeu Sri Mulyani.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pihaknya optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,2 persen pada 2024. Optimisme itu meski tekanan eksternal, salah satunya gejolak perekonomian global cukup kuat.
Namun, Sri Mulyani juga mengakui, pertumbuhan 5,2 persen tahun ini tidak terlepas dari downside risk (risiko penurunan) yang cukup tinggi.
Risiko ini datang dari ragam proyeksi lembaga-lembaga keuangan dunia, yakni IMF yang memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh 5 persen tahun ini, proyeksi Bank Dunia di 4,9 persen, dan OECD 5,2 persen.
“Mereka recognise (mengetahui) downside risk sehingga lebih rendah dari APBN kita di 5,2 persen,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, disiarkan pada Selasa (19/3/2024).
Kemudian untuk 2025, Sri Mulyani juga melihat risiko penurunan belum membaik, di mana proyeksi lembaga internasional masih di kisaran 5 persen atau bahkan di bawah 5 persen. Meskipun demikian, Sri Mulyani memastikan pemerintah tetap optimistis dan realistis.
Namun, juga dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menyoroti kinerja pertumbuhan ekonomi negara utama, termasuk Indonesia. “Kalau kita lihat tahun 2023, terlihat hanya 4 negara yang punya pertumbuhan di atas 5 persen; India Filipina, Indonesia dan China,” ujar dia.
“Untuk 2024 ini kita lihat India, Filipina,Vietnam, dan Indonesia yang di atas 5 persen. Jadi kita lihat memang Indonesia tetap konstan sekitar 5 persen atau sedikit di atas, sedangkan negara-negara lain mungkin cukup struggle untuk bisa mencapai level atau mantain level itu,” ia menambahkan.
Baca juga : RUU DKJ Tidak Memasukkan Usul Legislasi Ibu Kota, DPR Pasti Pindah ke IKN